Ada rambu penting yang harus diperhatikan dalam bergerak dan beraktivitas. Karena tidak sedikit sebuah aktivitas yang sudah diawali dengan niat yang baik, akan rusak di tengah jalan. Banyak pilihan langkah yang dimulai dengan keinginan dan maksud yang mulia, namun nilai-nilai itu tercemar saat rencana digulirkan. Mungkin kita pernah mendengar, sebuah kegiatan yang baik semisal peringatan hari besar nasional dan agama yang dilakukan untuk tujuan yang baik, tetapi dinodai oleh aktivitas yang tidak baik. Sebuah gerak perintisan jaringan bisnis untuk memperkuat ekonomi umat, tapi terjerat oleh gurita permainan dunia yang justru melalaikan keakhiratan. Atau malah terjerat oleh lemahnya mental kita terhadap uang. Sebuah langkah melibatkan diri dalam kancah politik untuk member sumbangsih positif bagi perbaikan masyarakat, tapi kemudian terbawa oleh arus permainan kotor di dunia politik, atau makin menipisnya sikap kritis. Dan sebagainya.
Ini adalah warning, agar setiap orang tidak gegabah dalam melakukan sebuah gerak. Tapi tidak benar juga bila tidak mau bergerak sekedar karena takut mengalami penyimpangan dan kekeliruan saat melakukannya. Dalam bingkai psikologi, rasa takut dan khawatir akan kekeliruan dalam melakukan sebuah aktivitas sebenarnya bisa menjadi energi postif untuk lebih berhati-hati dan waspada. Justru tanpa rasa takut dan khawatir seseorang bisa sembrono dalam bekerja. Hanya saja, perasaan takut dan khawatir salah seperti itu akan berubah menjadi masalah jika dilakukan berlebihan. Hingga menjadikan seseorang tak mau bergerak, mengurung dan membatasi diri, tak berani melangkah, tidak percaya diri, negative thinking, sulit mengembangkan diri bahkan pesimis dalam hidup karena takut resikonya. Disinal bahayanya.
Hidup adalah pilihan. Sedangkan pilihan adalah gerak itu sendiri yang pasti memiliki resiko atau kemungkinan salah. Rasulullah SAW mengatakan bahwa manusia adalah tempatnya dosa dan kealpaan. Bukan berarti semua orang boleh bergelimang salah dan gagal, tapi dalam hadist itu terkandung pesan agar kita bisa meminimalisir keslahan dan kegagalan.
Caranya, sebelum bergerak dan menentukan suatu langkah, kita mengidentifikasi berbagai rsiako yang kemungkinan terjadi. Islam mengajarkan tawakkal setelah ikhtiar. Ikhtiar adalah upaya maksimal yang dilakuan untuk mencapai tujuan. Dalam ikhtiar ada unsur pendalam ide, penelitian dan analisa, pertimbangan yang matang, kerja keras, melakukan pengeloalaan yang baik, meminimalisir kesalahan, menumbuhkan gerak yang sehat dengan dukungan mentalitas dan ruhani yang baik. Setalah itu, tawakkal dengan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Dalam tawakkal, kesiapan sesorang dalam menerima berbagai keadaan setelah berusaha sebaik mungkin, ada dalam kata ridha. Ridha kepada apapun yang ditentukan Allah SWT. “Ikat untamu, kemudian tawakkal,” begitu pesan Rasulullah SAW yang menggambarkan keharusan ikhtiar sebelum tawakkal.
Setelah bergerak, seandainya melakukan kesalahan, jangan menyesali berlarut-larut hingga membuat diri tidak berdaya untuk membuat yang lebih baik. Bukan menganggap ringan kesalahan, tapi kita harus berusaha agar sebuah resiko negatif bisa menjadi awal keadaan yang lebih baik. Keslahan dan kekeliruan akan menjadi pengalaman baru, persepsi baru, pengetahuan baru, untuk digunakan di masa selanjutnya. Tapi tetap ingat, jangan asal bergerak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Jangan Asal Bergerak"
Posting Komentar